Ads 468x60px

Pelecehan Seksual Dalam Pandangan Psikologi Komunikasi







Pelecehan seksual masih sering terjadi dimana-mana. Korbannya biasanya merupakan kaum perempuan dari berbagai rentang umur. Mulai dari perempuan dewasa hingga anak-anak mengalami hal tersebut. Hal ini membuat saya ingin menganalisis fenomena ini dengan menggunakan sudut pandang psikologi komunikasi. Di sini saya ingin memfokuskan pada sebab-sebab atau hal-hal yang mendorong seseorang melakukan pelecehan seksual.

            Setiap perbuatan manusia, pasti ada hal-hal yang mempengaruhi atau melatarbelakanginya. Termasuk juga pelecehan seksual ini. Sebelum itu marilah kita membahas faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manusia menurut psikologi komunikasi. 

            Dalam perilaku manusia, ada dua faktor yang mempengaruhi yaitu faktor psikologis dan faktor sosial atau dengan istilah lain faktor individu dengan faktor yang berasal dari luar individu. Menurut McDougall yang mempengaruhi dalam pembentukan perilaku seseorang tersebut adalah berasal dari faktor individu, sedangkan menurut Edward E. Sampson terdapat perspektif yang berpusat pada personal dan perspektif yang berpusat pada situasi. Perspektif yang berpusat pada personal mempertanyakan faktor-faktor internal apakah, baik berupa insting, motif, kepribadian, sistem kognitif yang menjelaskan perilaku manusia. Secara garis besar terdapat dua faktor, yaitu faktor biologis dan sosiopsikologis.

            Faktor biologis menekankan pada pengaruh struktur biologis terhadap perilaku manusia. Pengaruh biologis ini dapat berupa insting atau motif biologis. Perilaku yang dipengaruhi insting disebut juga species characteristic behavior misalnya agresivitas, merawat anak dan lain-lain. Sedangkan yang bisa dikelompokkan dalam motif biologis adalah kebutuhan makan, minum dan lain-lainnya. 

            Faktor personal lainnya adalah faktor sosiopsikologis. Menurut pendekatan ini proses sosial seseorang akan membentuk beberapa karakter yang akhirnya mempengaruhi perilakunya. Karakter ini terdiri dari tiga komponen yaitu komponen afektif, kognitf dan komponen konatif. Adapun penjelasan atas ketiga komponen tersebut adalah :

1.      Komponen afektif merupakan aspek emosional dari faktor sosiopsikologis. Dalam komponen ini tercakup motif sosiogenesis, sikap dan emosi.

2.      Komponen kognitif berkaitan dengan aspek intelektual yaitu apa yang diketahui manusia. Komponen kognitif terdiri dari faktor sosiopsikologis adalah kepercayaan, yaitu suatu keyakinan benar atau salah terhadap sesuatu atas dasar pengalaman intuisi atau sugesti otoritas.

3.      Komponen konatif berkaitan dengan aspek kebiasaan dan kemauan bertindak. Kebiasaan adalah aspek perilaku manusia yang relatif.

Faktor lain yang mempengaruhi perilaku manusia adalah faktor situasional. Menurut pendekatan ini, perilaku manusia dipengaruhi oleh lingkungan/situasi. Faktor-faktor situasional ini berupa :

·         faktor ekologis, misal kondisi alam atau iklim
·         faktor rancangan dan arsitektural, misal penataan ruang
·         faktor temporal, misal keadaan emosi
·         suasana perilaku, misal cara berpakaian dan cara berbicara
·         teknologi
·         faktor sosial, mencakup sistem peran, struktur sosial dan karakteristik sosial individu
·         lingkungan psikososial yaitu persepsi seseorang terhadap lingkungannya
·         stimuli yang mendorong dan memperteguh perilaku.

Berdasarkan teori-teori mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manusia di atas, saya ingin mencoba menganalisis penyebab seseorang melakukan pelecehan seksual. Alasan seseorang melakukan pelecehan seksual bervariasi. Banyak faktor yang bisa menjadi penyebabnya dan biasanya saling berkaitan. Umumnya pelaku mengincar perempuan yang lemah, pasif atau kurang asertif (tegas). Seseorang dapat melakukan pelecehan seksual bisa dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya. Artinya di sini adalah kondisi di mana seorang laki-laki dan perempuan dibesarkan akan mempengaruhi bagaimana perilakunya nanti. Berbagai sudut pandang bisa menciptakan suasana yang memungkinkan seseorang untuk melakukan pelecehan seksual. 

Suasana di sekitar yang mendukung juga turut memberikan andil kepada seseorang dalam melakukan pelecehan seksual. Biasanya pelecehan seksual lebih banyak terjadi di fasilitas umum terutama pada angkutan umum yang penuh, sehingga seseorang suka mencari-cari kesempatan. Kekuasaan lebih tinggi yang dimiliki oleh seseorang juga dapat menjadi faktor pendorong dalam melakukan pelecehan seksual. Beberapa orang terkadang menyalahgunakan kekuasaannya untuk melakukan pelecehan, umumnya pelaku berpikir korban adalah orang yang lemah atau takut kehilangan pekerjaannya.

Stres terhadap perkawinan juga bisa menjadi salah satu penyebab lainnya. Mengalami stres terhadap kehidupan pernikahannya akan membuat seseorang berada dalam tekanan emosional sehingga rentan melakukan pelecehan seksual. Ini merupakan faktor psikologis seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Seseorang yang mengalami degradasi atau penurunan moral juga berpeluang melakukan hal ini. Degradasi moral yang terjadi bisa oleh karena minimnya pengetahuan agama sangat mendukung terjadinya pelecehan seksual yang dilakukan oleh seseorang. Saat kondisi seseorang mengalami kelemahan moral, seringkali menganggap seks pranikah atau ‘one night stand’ adalah sesuatu yang wajar sehingga menganggap hal tersebut bukanlah pelecehan seksual.

Hal lain yang bisa dijadikan faktor pendorong seseorang melakukan pelecehan seksual adalah menyimpangnya perilaku seks yang dimiliki oleh seseorang. Biasanya orang ini memiliki kelainan seperti suka memperlihatkan alat vitalnya, suka membahas masalah-masalah pornoaksi atau memiliki perilaku suka mengintip. Oleh karena perilakunya yang menyimpang tersebut, terkadang bisa mendorong seseorang tersebut dari hanya sekedar mengintip atau berbicara porno menjadi memiliki keinginan untuk melecehkan seorang perempuan secara seksual. 

Terakhir menurut saya yang dapat dijadikan faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan pelecehan seksual adalah kurang peraturan hukum yang ada. Tidak ada regulasi yang tegas dan ketat dalam hal ini yag dapat membuat seseorang jera melakukan tindakan tersebut. Sehingga seseorang akan terus terdorong unutk melakukannya karena merasa bebas dan tidak terancam oleh hukuman atas perbuatan yang dilakukannya.

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...