Antropolog
Edward T.Hall mengembangkan klasifikasi waktu yang lain sebagai suatu bentuk
komunikasi. Hall menyatakan bahwa budaya mengatur waktu dalam satu atau dua
cara:monochronic (M-time)dan polychronic(P-time). Klasifikasi Hall
menggambarkan dua pendekatan berbeda dalam melihat dan menggunakan waktu.
Monochronic Time. Seperti arti
yang dimiliki oleh kata monochronic, konsep
ini menjelaskan waktu sebagai hal yang linear dan terbagi.lebih spesifik lagi, ”pandangan
monochronic terhadap waktu memercayai
bahwa waktu merupakan sumber yang langka yang harus dibagi dan diatur melalui
penggunaan jadwal dan janji temu,dan melalui tujuan hanya mengerjakan satu hal
dalam satu waktu. Novinger menyimpulkan karakteristik budaya yang monochronic dengan menyatakan,” Budaya
yang monochronic memiliki pendekatan
yang sebagian besar linear dan berurutan terhadap waktu yang
rasional,menekankan spontanitas, dan cenderung berfokus pada satu aktivitas
pada suatu waktu.Budaya dengan orientasi seperti ini melihat waktu sebagai hal
yang nyata.Ketika berbicara mengenai pengalaman M-time Hall menyatakan,
“Orang-orang berbicara mengenai waktu seolah-olah waktu itu adalah uang,sesuatu
yang dapat ‘dihabiskan’, ’disimpan’, ‘dibuang’, dan ‘dihilangkan’. Melakukan
orientasi ini berarti menilai ketepatan waktu, mengorganisir, dan menggunakan
waktu dengan bijaksana. Pengikut aliran naturalis Inggris Charles Darwin
menyimpulkan pandangan ini dalam tulisannya, “Seseorang yang berani untuk
menghabiskan satu jam belum menemukan nilai hidup”. Waktu merekam berapa jam
anda bekerja, bel sekolah membuat anda berpindah dari kelas ke kelas, dan
kalender menandai hari dan peristiwa penting dalam hidup anda.
Budaya
yang termasuk dalam M-time adalah Jerman, Austria, Swiss, dan budaya dominan di
Amerika Serikat. Seperti yang dijelaskan oleh Hall, ”Orang-orang di dunia Barat,
terutama orang Amerika, cenderung menganggap waktu sebagai sesuatu hal yang
tetap ada di alam ini, sesuatu yang ada di sekitar kita, dan yang tidak dapat
kita hindari, bagian dari lingkungan yang selalu hadir, sama seperti udara yang
kita hirup.
Dalam
situasi bisnis, budaya M-time menjadwalkan janji ketemu sebelumnya, tidak
datang terlambat, dan cenderung mengikuti rencana awal. Sebagai tambahan, ketika berbisnis, orang
dengan orientasi M-time cenderung menekankan pada menandatangani kontrak dan
berpindah kepada pengusaha yang baru.
Polychronic Time. Orang dari
budaya yang berorientasi pada polychronic
menghidupi hidup mereka berbeda dengan mereka yang berpindah ke jam monochronic. Kecepatan dalam budaya
P-time (Arab,Afrika,India,Amerika Latin,Asia Selatan,dan Asia Tenggara) lebih
santai dibandingkan yang ditemukan dalam budaya M-time. Salah satu alasannya
adalah bahwa hubungan antarmanusia merupakan inti dari budaya polychronic. Seperti yang dinyatakan
oleh Smith dan Bond, “Pandangan polychronic
terhadap waktu adalah bahwa mempertahankan hubugan yang harmonis merupakan
agenda yang penting, sehingga waktu digunakan lebih fleksibel supaya hubungan
kita dengan orang lain baik. Budaya ini biasanya kolektif dan berhubungan
dengan kehidupan dalam perilaku holistik. Bagi budaya P-time waktu tidak begitu
nyata, sehingga perasaan membuang-buang waktu tidak sebesar dalam budaya
M-time. Anggota-anggotanya dapat berinteraksi dengan lebih dari satu orang atau
melakukan satu hal dalam satu waktu.
Gannon
memberikan contoh dari budaya multidimensi P-time ketika ia berbicara mengenai
budaya turki, “polikronisme” dapat dilihat dengan jelas pada kemampuan orang
Turki untuk berkonsentrasi pada hal-hal yang berbeda secara bersamaan di tempat
kerja, di rumah atau di kedai kopi. Karena ciri P-time adalah aktivitas yang
banyak dan fleksibilitas, Dresser
percaya hal tersebut menjelaskan mengapa percakapan sering dipotong dalam
budaya Arab, Asia, dan Amerika Latin.
Ada
dua poin penting dalam menyimpulkan M-time dan P-time. Pertama, ketika
berbicara mengenai M-time dan P-time sebagai dua kategori yang berbeda, kami
menyarankan bahwa akan lebih realistis melihat dua klasifikasi yang dipaparkan
Hall sebagai suatu rangkaian. Ada banyak budaya yang tidak persis termasuk pada
salah satu dari dua kategori tersebut, namun mengandung nilai-nilai dari baik
M-time maupun P-time. Kedua, penting untuk dingat bahwa bagaimana seseorang
menyikapi karakter M-time dan P-time merupakan hal yang kontekstual. Dalam
suatu situasi, anda mugkin sangat cepat (M-time). Di situasi lain, anda
mungkin memutuskan bahwa apa yang sedang
anda kerjakan sekarang adalah penting dan menunda janji anda berikutnya
(P-time).
Perbedaan antara
budaya monochronic dan polychronic adalah sebagai berikut:
Orang yang Monochronic
|
Orang yang Polychronic
|
Mengerjakan
satu hal dalam satu waktu
|
Melakukan
banyak hal dalam satu waktu
|
Berkomitmen
terhadap waktu dengan serius
|
Mempertimbangkan
komitmen waktu tuuan untuk dicapai,jika memungkinkan
|
Berkonteks
rendah dan memerlukan informasi
|
Berkonteks
tinggi dan sudah memiliki informasi
|
Mengikuti
rencana
|
Sering dan
mudah mengganti rencana
|
Menekankan
ketepatan waktu
|
Ketepatan
waktu didasarkan pada hubungan
|
Terikat dengan
pekerjaan
|
Terikat pada
manusia dan hubungan antar sesama
|
Terbiasa dalam
hubungan jangka pendek
|
Kecendrungannya
rendah untuk membangun kembali hubungan seumur hidup
|
Daftar Pustaka
Samovar,Larry
A.,Porter,Richard E.,McDaniel,Edwin R.Komunikasi
Lintas Budaya.Vol.7.Jakarta:Salemba Humanika,2010.
1 komentar:
Terima kasih artikelnya. Mohon izin untuk digunakan mengajar
Posting Komentar