Pada pertengahan
tahun 2012 lalu, sebuah event bertaraf internasional digelar di ibukota negara
ratu Elizabeth, Inggris yaitu London. Event yang digelar mulai tanggal 27 Juli
hingga 12 Agustus 2012 ini biasa dikenal dengan sebutan Olimpiade. Di dalamnya
dipertandingkan berbagai cabang olahraga mulai dari atletik, senam, olahraga
permainan seperti sepakbola, hingga yang membutuhkan akurasi tinggi semisal
memanah. London sebagai tuan rumah olimpiade 2012 sebelumnya sudah dua kali
ditunjuk sebagai penyelenggara event empat tahunan ini, yaitu pada tahun 1908
dan 1948.
Event ini akan
coba ditelaah dengan menggunakan teori-teori dan konsep-konsep opini publik.
Pertama akan kita lihat dari segi faktor-faktor pembentuk opini publik. Suatu
opini publik akan muncul berawal dari adanya isu yang berkembang terkait dengan
suatu peristiwa, dalam hal ini olimpiade 2012. Event ini sudah mulai bergaung
isunya semenjak tahun 2005 ketika London saat itu memenangkan pemungutan suara
dalam rangka pemilihan kota penyelenggara olimpiade 2012. Sejak itu publik
sudah mafhum bahwa akan ada perhelatan akbar ini pada tahun 2012. Segala proses
persiapan menjelang event tersebut dipublikasikan sehingga publik mengetahui
perkembangan-perkembangan yang terjadi seputar olimpiade 2012. Kemajuan dan
hambatan dalam proses persiapannya pun menjadi makanan sehari-hari pemberitaan
media di seluruh dunia.
Sisi kedua yang akan diangkat adalah
kelompok-kelompok yang berkepentingan dalam peristiwa atau event olimpiade 2012
ini. Semenjak awal bergaungnya isu event ini, banyak sekali kelompok-kelompok
yang memiliki kepentingan di dalamnya. Mulai dari International Olympic Committe (IOC) atau Komite Olimpiade
Internasional sebagai panitia pemilihan kota penyelenggara olimpiade musim
panas 2012. Merekalah yang melakukan proses seleksi kota mulai dari pencalonan,
menilai berkas pencalonan dari kandidat, hingga kunjungan ke kota-kota calon
tuan rumah olimpiade tersebut untuk melihat dan menguji mana yang paling layak
mendapatkan kehormatan sebagai penyelenggara. Kelompok berikutnya yang
berkepentingan adalah kota-kota yang mencalonkan diri tersebut. Mereka bersaing
satu sama lain untuk menjadi yang terlayak sebagai tuan rumah. Kemudian
negara-negara di seluruh dunia yang ingin berpartisipasi dalam event bergengsi
ini. Ada sekitar 205 negara yang mengikutsertakan atletnya dalam berbagai
cabang olahraga di olimpiade.
Faktor ketiga dalam pembentukan
opini publik mengenai olimpiade 2012 adalah adanya kontroversi. Dalam
perjalanannya, baik sebelum, selama, dan sesudah event ini digelar terjadi
beberapa kontroversi. Pada bulan desember 2005, setelah pemungutan suara
pemilihan kota penyelenggara olimpiade berakhir dan London keluar sebagai
pemenang, Alex Gilady, seorang pejabat senior IOC, menuduh London memenangkan
hak penyelenggaraan karena ada kesalahan pemungutan suara. Pernyataan tersebut
kemudian dibantah oleh juru bicara London 2012 dengan mengatakan bahwa kotak
suara pemilihan masih dirahasiakan dan tuduhan tersebut hanyalah opini satu
orang.
Kontroversi
berikutnya terjadi saat logo yang akan dipakai untuk olimpiade 2012
dipublikasikan kepada khalayak. Banyak kalangan yang memberi nilai yang rendah
terhadap desain logo tersebut karena dianggap jelek. Negara semisal Iran juga
mengeluhkan logo tersebut karena tampak seperti mengeja kata ‘zion’ dan
bernilai rasis. Bahkan Iran juga sempat mengancam akan memboikot olimpiade 2012
jika logo tersebut tidak diubah. Namun IOC tetap pada pendiriannya dan
diam-diam menolak permintaan tersebut.
Kontroversi-kontroversi
lain yang terjadi diantaranya mengenai sponsor, penggunaan media sosial oleh
atlet, dan beberapa isu politik. Seorang atlet loncat dari Yunani bernama
Paraskevi Papachristou didiskualifikasi sebelum olimpiade dimulai secara resmi
karenakicauannya di twitter yang dianggap rasis. Kebijakan-kebijakan yang
dikeluarkan oleh IOC juga menuai kontroversi dari sejumlah kalangan. Peraturan
mengenai media sosial yang menurut komentator melanggar hak kebebasan berbicara
para atlet dan tampak melarang mereka berkomentar mengenai peserta lain,
mempromosikan sponsornya sendiri, atau menggunakan kata ‘Olimpiade’ di situs
web pribadinya. Pembentukan sebuah situs web oleh IOC yang memungkinkan
pelaporan dugaan pelanggaran tersebut juga dikritik banyak pihak.
Faktor
keempat adalah adanya suatu pernyataan atau opini terkait dengan event
olimpiade 2012 ini. Opini yang paling mengemuka adalah mengenai sarana publik
semisal transportasi yang masih berkualitas buruk dan perlu mendapat perhatian
lebih karena hal tersebut akan mempengaruhi kenyamanan pengunjung. Banyak
masalah dalam proyek pembangunan transportasi di London menjelang olimpiade
2012 dan dikritik oleh sejumlah kalangan.
Faktor
terakhir atau yang kelima dalam pembentukan opini publik adalah jumlah orang
yang terlibat. Kita ketahui bersama bahwa olimpiade merupakan event yang
berskala internasional. Hampir semua negara di dunia terlibat atau
berpartisipasi di dalamnya. Namun jika kita jabarkan secara lebih spesifik,
akan ditemukan orang-orang atau kelompok yang terlibat secara lebih jelas.
Pemerintah kota London, yang mempersiapkan segala sesuatu demi terlaksananya event
tersebut. Pekerja-pekerja konstruksi yang membangun segala macam infrastruktur
pendukung olimpiade. IOC yang menjadi payung perhelatan akbar ini.
Perusahaan-perusahaan besar yang menjadi sponsor acara dan mendanai sebagian
besar anggaran yang dibutuhkan. Ribuan relawan yang direkrut untuk melaksanakan
berbagai tugas selama acara berlangsung hingga selesai. Aparat keamanan yang
bertugas mengawal jalannya olimpiade dari segala macam ancaman yang mungkin
terjadi. Dan tentu saja, para atlet dari seluruh dunia yang berpartipasi dalam
berbagai cabang olahraga pada olimpiade.
Dalam
pembentukan opini publik, ada empat tahap yang terjadi menurut Erikson,
Lutberg, dan Tedin. Pertama adalah munculnya isu yang dirasakan sangat relevan
bagi kehidupan orang banyak. Event olimpiade 2012 ini sangat terkait atau
berpengaruh bagi orang banyak. Di Indonesia misalnya, terdapat banyak penggemar
acara olahraga dari sabang sampai merauke. Tentu mereka akan sangat antusia
mengikuti segala perkembangan yang terjadi dalam perhelatan akbar tersebut.
Kemudian juga dengan keikutsertaan Indonesia di dalamnya, rasa nasionalisme
setiap masyarakat pasti bangkit untuk mendukung para atlet mengharumkan nama
bangsa di kancah internasional. Sehingga setiap proses jalannya kompetisi
olahraga ini menjadi penting bagi mereka.
Tahap
kedua adalah isu tersebut relatif baru hingga memunculkan kekaburan standar
penilaian atau standar ganda. Walaupun event ini merupakan kegiatan rutin empat
tahunan dan tidak memunculkan standar ganda, karena sedemikian besarnya skala
dari fenomena ini yaitu dunia maka setiap berita atau peristiwa yang terjadi di
dalamnya akan memunculkan opini publik. Salah satu alasan yang dapat diberikan
mengenai hal tersebut adalah tingginya euforia yang dihasilkan oleh kompetisi olahraga
tersebut di seluruh dunia karena hampir seluruh negara terlibat di dalamnya.
Tahap
selanjutnya atau yang ketiga adalah ada opinion
leader yang tertarik dengan isu tersebut. Salah satu opinion leader yang paling tertarik dengan olimpiade London 2012
adalah politisi dari partai demokrat dan juga menteri pemuda dan olahraga
(menpora) Andi Malarangeng. Karena dia yang bertanggungjawab atas kontingen
Indonesia yang berlaga di London, tentunya setiap perkembangan yang terjadi
dalam olimpiade terutama berkaitan dengan rombongon atlet Indonesia menjadi bahan komentarnya dalam wawancara
pers. Opinion leader lain yang muncul
berkaitan dengan event ini adalah Sekjen Komite Olimpiade Indonesia (KOI),
Timbul Thomas Lubis. Dia juga memegang peran dalam mengurus segala hal yang
berkaitan dengan olimpiade khususnya terhadap para atlet Indonesia. Sehingga
para wartawan pasti mewawancarainya selain Andi Malarangeng.
Tahap
keempat atau yang terakhir adalah sebuah isu mendapat perhatian media hingga
informasi dan reaksi terhadap isu tersebut diketahui khalayak. Selama event ini
berlangsung, kita melihat hampir semua media mengangkat dan memberitakan
peristiwa ini setiap hari. Segala perkembangannya diikuti secara intensif
hingga kejadian sekecil apapun yang terjadi dalam olimpiade 2012 dapat
diketahui oleh khalayak. Dari acara pembukaan hingga closing ceremony dipublikasikan ke seluruh penjuru dunia.
Fenomena
ini selanjutnya akan dianalisis dari segi efek media. Pada diri individu ada
faktor-faktor yang membuat mereka dipengaruhi oleh efek media. Pertama, selective attention atau seleksi
perhatian hanya pada yang menarik minat seseorang. Seperti yang telah
disebutkan sebelumnya, ada banyak sekali penggemar acara olahraga di Indonesia.
Artinya faktor yang pertama ini akan sangat mempengaruhi efek media. Kedua, selective perception atau seleksi
persepsi. Faktor ini berkaitan dengan persepsi yang selalu pertama muncul
mengenai segala sesuatu, dalam hal ini olimpiade London 2012. Setiap orang
memiliki persepsi yang berbeda terhadap event olimpiade. Hal ini disebabkan
orang memiliki sudut pandang dan alasan tersendiri dalam menilai sesuatu.
Faktor
ketiga adalah selective retention atau
kecenderungan seseorang hanya untuk mengingat pesan yang sesuai dengan pendapat
dan kebutuhan dirinya. Dalam kaitannya dengan olimpiade 2012 misalnya,
seseorang menonton pertandingan bulutangkis karena dia berpendapat bahwa
Indonesia mempunyai peluang yang besar untuk memenangkan cabang olahraga ini.
Sehingga pertandingan-pertandingannya menarik untuk diikuti. Faktor yang keempat adalah motivasi. Sebagaimana halnya
persepsi, setiap orang juga memiliki motivasi yang berbeda-beda dalam mengikuti
suatu isu. Seseorang mengikuti setiap pemberitaan mengenai segala perkembangan
yang terjadi dalam olimpiade mungkin saja karena dia menyukai acara olahraga.
Alasan nasionalisme karena Indonesia ikut serta di dalamnya juga dapat menjadi
pendorong seseorang menonton olimpiade. Seorang pengamat olahraga misalnya,
mengikuti event olimpiade agar dia tidak ketinggalan informasi seputar dunia
olahraga atau karena ingin menambah pengetahuan mengenai hal tersebut. Ada
banyak sekali hal yang membuat seseorang terdorong atau termotivasi untuk
mengikuti suatu isu.
Faktor
yang kelima adalah pengetahuan. Apabila seseorang memiliki banyak pengetahuan
mengenai olimpiade apakah dia mengetahui sejarahnya, bentuk kompetisinya,
dimana diselenggarakannya dan banyak hal lain yang panjang bila disebutkan,
maka seseorang akan menjadi lebih tertarik untuk mengikuti perkembangan olimpiade
dibandingkan dengan yang memiliki sedikit pengetahuan atau bahkan tidak tahu
sama sekali mengenai olimpiade. Keenam, bujukan atau adanya persuasif. Jika
seseorang dipersuasi untuk mengikuti suatu isu, lambat laun dia akan penasaran
dan akhirnya mencari tahu tentang hal tersebut. Ketujuh, tergantung kepribadian
setiap individu. Kedelapan atau yang terakhir adalah adanya penyesuaian diri.
Jika
dilihat dari tingkatan efek medianya Stamm dan Bowes, olimpiade London 2012 ini
memberikan efek primer dan sekunder. Pada efek primer misalnya, seseorang yang
sebelumnya tidak pernah mengikuti pemberitaan acara olahraga karena dianggap
tidak menarik, dan mengetahui sedemikian menariknya olimpiade membuat pemahaman
orang tersebut berubah mengenai olahraga. Sedangkan pada efek sekunder,
misalnya seseorang yang rasa nasionalismenya kurang ketika melihat seorang
atlet Indonesia memperoleh medali penghargaan menjadi bangkit rasa
kebangggaannya terhadap bangsa. Perilakunya pun dapat menjadi berubah mengenai
hal tersebut seperti menonton atau mendukung segala macam pertandingan atau kompetisi yang diikuti oleh
Indonesia. Akhirnya, olimpiade London 2012 memberikan efek yang cukup
signifikan kepada khalayak yang mengikuti perkembangannya.
0 komentar:
Posting Komentar